

Ada beberapa pohon talok yang berdiri tegak (anggap saja begitu) di sekitar kawasan Islamic Center (IC) SMPIT Nurul Islam Tengaran (Nurista), yang kebetulan menempatkan diri, ato mungkin ditempatkan (maklum tidak tahu sejarahnya tempo dulu, asal muasal mengapa bisa berada disitu, karena perhatianku cukup ketika ianya sudah tumbuh besar) di tempat yang strategis. bagaimana tidak, dua pohon yang cukup besar berada di setiap sudut dan tikungan yang sangat strategis, menarik dan menyita perhatian. Satu berada di sudut persimpangan jalan di dekat lapangan parkir, selatan Masjid Assalam,sedangkan yang satunya ada tepat di samping utara Masjid, bahkan bagian tingginya bisa dijangkau dari lantai dua.
Dan memang betul-betul menyita perhatian. buah yang kecil dan rasanya tidak begitu mewah itu, cukup jadi primadona di Nurista.
Bukan saja bagi siswa-siswi, namun hampir semua kalangan yang melihatnya.
Dulu, ketika pembangunan beberapa sarana asrama, seperti gedung da masjid itu sendiri, kala masih banyak para "tukang" di sana-sini, sering kudapati mereka juga tersepona, eh maksudnya terpesona, dan memetik beberapa buahnya. mereka menyempatkan diri untuk memanjat pohonnya, atau sekedar memetik dari bawah menggunakan tongkat dan tangan untuk yang bisa dijangkau dari bawah.
Sedangkan bagi anak2 (siswa-siswi Nurista), Talok seperti tak pernah memudar pesonanya. larangan memanjat pohonnya, justru menjadikan mereka semakin gemes untuk meraihnya. setiap siang, sore, pagi, mata2 itu menjelajah mencari buah yang ranum dan bisa dijangkau,.terkadang "mekso" menghantamkan bilah bambu yang akan mampu membuat buah kecil itu bertebaran di tanah dan mereka dengan suka cita memungutinya, membersihkan dan "hap"..meluncurkannya ke mulut dengan ekspresi bahagia.
Sesekali aku akan sering mendapati mereka menghiba "boleh manjat ya, Us.....Boleh ya,... ya Us ya.... Bentar aja.... itu lho us banyak yang merah2 di atas."... putra putri, sama saja. dan hanya akan mendapat jawaban yang singkat padat dan jelas, "No"... sambil menahan geli, "herman" sekali dengan mereka.
Bahkan pernah sekali waktu, ada seorang anak putra yang kala itu\ didampingi 1 orang temannya menjemput ke kantor putri, karena sdh lebih dari 5 menit dan guru belum juga menghadirkan diri d kelas tercinta, maka mereka bermaksud menjemputnya. tepat didepan pintu kantor guru putri, ia bertemu dgku, dan sejenak tatapannya mengarah ke pohon talok yang kebetulan sangat dekat (maklum, kantor guru putri dekat sekali dg masjid, otomatis dekat juga dg pohon taloknya). sejenak kedua matanya membulat, dan segurat senyum ceria segera saja terukir di wajahnya. "wuih, buahnya merah2 banyak".. celotehnya. kemudian dia melepas sepatu sambil terus mengawasi buah merah ranum itu. aku masih terpaku disana, menatapnya curiga hehe...
Kemudian dia masuk dan menemui guru yang dimaksud. ia keluar lebih dulu dan seperti terburu2 memakai sepatu. karena melihat ku masih di depan pintu, terpaksa sepertinya, ia meminta ijin padaku, "Us, boleh ya, metik buahnya dulu". aku cukup terkejut sekaligus geli, padahal sebentar lagi pelajaran. sesaat aku tersenyum simpul sebelum mebuat 2 kali gerakan tegas, gelengan kepala kesamping, yang membuat secercah senyum itu sekeika memudar. yup. karena gerakan itu berarti "tidak".
Tapi rupanya ia tak ptus asa. ketika sang guru itu sudah keluar dari kantor dan mensejajari posisinya, ia beralih melancarkan aksi bujuk-membujuknya pada sang guru, hanya untuk menuai kecewa yang lainnya.
"lha kamu kesini itu menjemput saya, ato mau "manen" talok?. ia tersenyum kecut dan berlalu. menuju kelasnya..
Ketertarikan mereka pada talok seperti terjemahan dari masa kecil yang tak jua usai.
seperti juga aku, setiap kali memandangnya, mengingatkan pada peristiwa silam, dimana sama seperti mereka, aku penggemar talok juga. meski sekarang itu masih berlaku. walau tak terlalu... karena sekarang aku lebih suka memandangnya, daripada memakannya... semenjak talok jadi primadona di Nurista, aku cukup puas melihat anak2 berusaha keras mendapatkanyya, dan seingatku belum memakannya lagi, jadi agak lupa rasanya.
mungkin seteah ini aku akan coba untuk memakannya lagi kai ya...Let's see...
Dan buah talok yang mungil itu memerankan andil yang cukup besar terhadap phobiaku pada ulat bulu (meski sekarang taklagi ada phobia itu)...
Karena dulu, saking semangat memanjat, aku tak sadar kalo banyak ulat bulunya, dan mereka banyak hinggap di badan, menyisakan bentol2 merata di sekujur tubuh.. guatalnya.... gak ketulungan...
Geli juga, mengingat sekarang aku tak lagi takut ulat bulu.....
Ahk.. aku rasa cukup dulu...
Ini ceritaku... apa ceritamu...????