Saturday, December 29, 2012

Awal mula..

                 Mencintai adalah memberi yang terbaik..
 
               Hal yang selalu kuyakini sejak dulu. meski beberapa kali, keyakinan itu sempat pudar, buram, bahkan sirna sama sekali. tapi seiring berjalannya waktu, keyakinan itu kembali, bahkan semakin kukuh.

             Masih terekam jelas dalam memoriku, ketika pertama aku berhadapan dengan siswa-siswi SMP tempat sekarang aku mengajar, tempat dimana aku mengabdikan ilmu, jiwa dan tenagaku.

               Wajah-wajah asing menatapku. Ada pancaran harapan berkilat di mata mereka. Harapan bahwa aku mempunyai dan membawa sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang segar, aktual, keren dan menyenangkan. Namun aku juga sempat menangkap kilatan sinis dari beberapa sudut mata mereka. Ada rasa tak percaya disana. Tak sedikit pula aku menangkap raut muka yang biasa-biasa saja, alias tidak begitu peduli, tidak ambil pusing dengan aku, dan apa yang akan aku sampaikan. Yang penting mereka berada di kelas, dan selanjutnya terserah waktu atau mungkin angin, membawa mereka ke mana.

            Aku pun masih ingat betul, di waktu dimana nafas tampak begitu berat, dan rasanya aku bisa menghitung kerjapan mataku, juga mendengar detak jantung yang bergerak kian tak beraturan, dengan ritme yang tak jelas pula. Sebelum aku tersenyum dan melebur ke dalam riuh kelas yang terasa begitu lama. ini bukan pertama kali aku mengajar, tapi entah mengapa, rasanya begitu berbeda.

            Waktu berlalu begitu cepat, hingga tak terasa kebencian dan ke-tidaksuka-an mereka terhadapku berkembang begitu pesat, bak cendawan di musim hujan. Menempel dan menggelayut di "pohon kepercayaanku" yang kian ringkih dan layu. Jika angin bertiup dengan kuat dan kencang kala itu. mungkin aku telah limbung, rersungkur, rebah tanpa daya.

              Cara dan sikap tegasku bagai belenggu bagi mereka, mengekang hingga sesak. Dan aku sempat berpikir untuk mengendur. Tapi keyakinanku, mendorongku untuk tetap mempertahankan posisiku, apa yang terbaik menurutku.

                Sungguh cinta dan kerinduanah yang membuatku bertahan. 

           Ya, cinta yang termat agung, Cinta pada Sang Penggenggam Cinta. Karena itu pulalah aku mencintai mereka, mencintai karenaNya.

          Aku rindu melihat mereka menjadi anak-anak yang membanggakan. Aku rindu menyaksikan mereka terus berkembang menjadi baik, dan lebih baik setiap saatnya. Dan pastinya, aku rindu SyurgaNya. berharap semua jerih payah ini kelak layak untuk ditukar dengan syurga, walau aku paham betul bahwa amalanku tak akan pernah cukup  untuk membawaku kesana. karena syurga diciptakan hanya karena kasih sayang Allah yang sedemikian besarnya kepada hamba-hambaNya. Maka selanjutnya, aku berharap jerih payah ini mampu membuat Allah mencintaiku dan menempatkanku bersama golongan orang-orang yang dicintaiNya, di tempat yang paling mulia, sebaik-baik tempat kembali,.. di JannahNya.

           Walau tak kupungkiri, kala mengetahui begitu banyak yang tidak menyukaiku, serasa disayat sembilu, perih tak terperi,..
             Tapi,.. bukankah kehadiranku disini tidak untuk dicintai. Seperti yang selalu dan berkali-kali kusampaikan kepada mereka, pun diriku sendiri, bahwa tidak peduli mereka menyukaiku atau tidak, mencintaiku atau sebaliknya, aku akan tetap seperti ini. Memberikan yang terbaik, membimbing, mendidik, membersamai, mengarahkan.

            Mencintai adalah memberi yang terbaik. karena itu kasih sayang yang kuberikan tulus, tak bersyarat, tak peduli mereka akan mebalas yang setimpal atau tidak. Karena begitulah cinta, terlebih, jika itu karenaNya...
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ditulis pertama kali pada hari Selasa, 5 Oktober 2010

Dituangkan kembali dg beberapa editan...
Kala kenangan itu terlintas dalam angan...

Friday, December 28, 2012

Samsidar


 HUjan kali ini.. melanyangkan ingatanku padanya..
Gadis berkuncir kuda.. sahabat tempo dulu..
sosok lugu yang mengajariku arti 'sahabat" dan berjuang yang ssungguhnya..

Dulu, ia selalu berbagi payung untukku. si pemalas, yang selalu lupa bawa payung sendiri... dan hasinya, kami berdua hampir selalu "kuyup"

hnya sebuah photo usang.. tapi tak terhitung kenangan yang kau hadirkan.. tersimpan rapi....
Kesetiaanmu menjagaku.. juga senyum yang tak pernah lekang... meski penyakit mengggerogotimu..
"besok kita sekolah bareng lagi ya".. katanya..
satu2nya janji yang tak dia tepati..

Mei 1996,.. terakhir kali kami bertemu... sbelum keabadian menjemputnya..
Sebelum sempat kusampaiakn, betapa bersyukur dan bahagianya aku mengenalnya
‎"akan kusampaikan kisah tentangmu, Sam... kepada setiap orang2 yang kusayangi"

janjiku kala itu..

saat tak lagi bisa bertatap denganmu ...

Semoga Allah melapangkanmu disana, ...

kau boleh pergi,.. tapi kenanganmu abadi...

Dan diderasnya hujan.. aku merindukanmu.. sahabatku...
mengenang kala kita berlarian di sawah mencari beberapa biji "caplukan"..

Akh... tanaman itu tak populer lagi sekarang,....
 Samsidar..
Terima kasih atas segala pembelajaraan yang kau berikan.. kesederhanaanmu.. kasih n persahabanmu.. terpatri dihati...

Telah kuestafetkan.. kuceritakan.. kusmpaikan.. pesanmu.. lewat setiap jengkal perjuangku ... atas nama persahabatan

-------
Dan kawan..

Manfaatkan waktu yang ada.. hargai sahabat yang selalu melakukan yang terbaik untukmu.. selagi mereka bersamamu..

Dan apabila mereka menjauh.. meninggalkanmu krn kesibukan yng begitu mnyita waktu.. atau krn dunia yang baru.. tempat baru.. juga kawan baru.. bersyukurlah.. masih kau jumpai senyumnya.. dan masih kau bisa ikuti jejaknya.. dari kejauhan...

SELALU ADA HIKMAH DALAM SETIAP KEJADIAN

Saturday, December 15, 2012

Kau adalah bait-bait puisi


Sesungguhnya gegap gempita telah teredam
Di tengah balutan lara yang tenggelam
maka mengalirlah syahdu syair gurindam
Di antara percik cahaya temaram
dan.. purna sudah segenap masa suram

karena dalam kemerlipnya malam
Juga di kedalaman hati nan halus bak pualam
hanya kenangan manis yang terekam
Menghadirkan rasa tentram..

Karena kau.. adalah bait2 syair dan puisi yang tersulam
dan segenap kasih yang telah bersemanyam..

maka kepada segenap angkasa raya kutitipkan salam..

Agar kau.. yang telah seperti anakku,.. bahagia selalu meskipun dalam diam

Saturday, December 8, 2012

Belum bisa disiplin...

Adalah benar bahwa masyarakat Indonesia perlu membudayakan disiplin karena budaya 'molor' yang sudah mengakar dalam...

Seperti juga diriku sendiri, yang masih saja belum bisa betul2 disiplin, meski itu pada apa2 yang kutargetkan dan kujadwalkan sendiri...

Teringat sabtu, 1 Nov 2012, ketika menghadiri Undangan dari sebuah perguruan tinggi dalam rangka "membangun network guru2 Bahasa Inggris dan Arab"...
Undangan yang tidak jelas, mengantarkanku ke tempat ang salah, padahal untuk mencapainya mesti jalan kaki beberapa ratus meter. langsung deh puterbalik dan tnaya sana tanya sini, ternyata tempat yang dituju jauh sekali. harus oper angkot lagi. (di Undangan hanya tertera ballroom kampus, asumsi, kampus 1, ternyata kampus 2).

Dan, praktis aku terlambat sampai ke tempat yang dituju.

Tergopoh gopoh menaiki tangga menuju lantai tiga. dan  sampai di meja pendaftara, panitia tidak ada.
celingak celinguk, menunggu dengan resah, napas ternegah-engah.

Beberapa saat kemudian, muncul dari arah berlawanan, seorang bapak yang dengan kikuk juga mempersilakan untuk mengisi data.

Corat coret sebentar, kemudian menerima sack dan seperangkat modul, pelan2 memasuki ruangan.
Mengendap endap, lebih tepatnya, didera rasa malu, karena terlambat hampir 1 jam.

Dan sekilas pandang ke dalam ruangan.. w.o.w,... kalau ditimbang, berat belakang.. karena yang depan kosong sekali...

jadi teringan ungkapan... perbandingna Jepang dan Indonesia
- kalau ada seminar atau acara semacamnya, maka di Jepang, kalau terlambat, harus puas mendapat kursi paling belakang, karena yang depan sudah penuh terisi, sebaliknya di Indonesia, kalau terlambat, harus siap2 duduk di depan, karena yang belakang sudah penuh.
- begitupun dengan kuliah, dengan fenomena yang sama.

Maka, dengan langkah pasti, di Pede2in (wuiz.. istilah apa ini), langsung melangkah maju kedepan, walau sebenarnya masih ada beberapa bangku kosong dibelakang, tapi aku memilih ke depan, sudah terlambat, tidak ingin ketinggalan materi dan berharap bisa menangkap dengan lebih jelas.... meski kenyataannya,.. aku merasa tak begituantusias mengikutinya...

Tapi begitulah,.. tetap berusaha yang terbaik, menunaikan amanah.. dan selalu percaya.// bahwa pasti selalu ada manfaatnya...

Sunday, December 2, 2012

Kutunggu...

Kutunggu hadirmu di pelataran tempat kita menyemai rindang kasih sayang..

kala titik2 air telah mengintip di balik awan...

Akan kusammbut dengn snyum..
Kali ini .. tidak akan lagi ada luka yang terbuka.. airmata yang menitik... lara yang terurai...

Dan sebentar lagi kita akan nyanyikan syair kerinduan kita padaNya,....
Dalam naung kasihNya...
kita punya cinta yang sama..
Untuk senantiasa mengagungkan namaNya...
Menjunjung tinggi asma-Nya...

Disini rasa itu masih tetap sama..
untukmu.. untuk mereka.. untuk semuanya...

Lihatlah kuncup itu telah semakin mengembang..
Memekarkan asa,...
Meruak harum aroma cinta..