Mencintai adalah memberi yang terbaik..
Hal yang selalu kuyakini sejak dulu. meski beberapa kali, keyakinan itu sempat pudar, buram, bahkan sirna sama sekali. tapi seiring berjalannya waktu, keyakinan itu kembali, bahkan semakin kukuh.
Masih terekam jelas dalam memoriku, ketika pertama aku berhadapan dengan siswa-siswi SMP tempat sekarang aku mengajar, tempat dimana aku mengabdikan ilmu, jiwa dan tenagaku.
Wajah-wajah asing menatapku. Ada pancaran harapan berkilat di mata mereka. Harapan bahwa aku mempunyai dan membawa sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang segar, aktual, keren dan menyenangkan. Namun aku juga sempat menangkap kilatan sinis dari beberapa sudut mata mereka. Ada rasa tak percaya disana. Tak sedikit pula aku menangkap raut muka yang biasa-biasa saja, alias tidak begitu peduli, tidak ambil pusing dengan aku, dan apa yang akan aku sampaikan. Yang penting mereka berada di kelas, dan selanjutnya terserah waktu atau mungkin angin, membawa mereka ke mana.
Wajah-wajah asing menatapku. Ada pancaran harapan berkilat di mata mereka. Harapan bahwa aku mempunyai dan membawa sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang segar, aktual, keren dan menyenangkan. Namun aku juga sempat menangkap kilatan sinis dari beberapa sudut mata mereka. Ada rasa tak percaya disana. Tak sedikit pula aku menangkap raut muka yang biasa-biasa saja, alias tidak begitu peduli, tidak ambil pusing dengan aku, dan apa yang akan aku sampaikan. Yang penting mereka berada di kelas, dan selanjutnya terserah waktu atau mungkin angin, membawa mereka ke mana.
Aku pun masih ingat betul, di waktu dimana nafas tampak begitu berat, dan rasanya aku bisa menghitung kerjapan mataku, juga mendengar detak jantung yang bergerak kian tak beraturan, dengan ritme yang tak jelas pula. Sebelum aku tersenyum dan melebur ke dalam riuh kelas yang terasa begitu lama. ini bukan pertama kali aku mengajar, tapi entah mengapa, rasanya begitu berbeda.
Waktu berlalu begitu cepat, hingga tak terasa kebencian dan ke-tidaksuka-an mereka terhadapku berkembang begitu pesat, bak cendawan di musim hujan. Menempel dan menggelayut di "pohon kepercayaanku" yang kian ringkih dan layu. Jika angin bertiup dengan kuat dan kencang kala itu. mungkin aku telah limbung, rersungkur, rebah tanpa daya.
Waktu berlalu begitu cepat, hingga tak terasa kebencian dan ke-tidaksuka-an mereka terhadapku berkembang begitu pesat, bak cendawan di musim hujan. Menempel dan menggelayut di "pohon kepercayaanku" yang kian ringkih dan layu. Jika angin bertiup dengan kuat dan kencang kala itu. mungkin aku telah limbung, rersungkur, rebah tanpa daya.
Cara dan sikap tegasku bagai belenggu bagi mereka, mengekang hingga sesak. Dan aku sempat berpikir untuk mengendur. Tapi keyakinanku, mendorongku untuk tetap mempertahankan posisiku, apa yang terbaik menurutku.
Sungguh cinta dan kerinduanah yang membuatku bertahan.
Ya, cinta yang termat agung, Cinta pada Sang Penggenggam Cinta. Karena itu pulalah aku mencintai mereka, mencintai karenaNya.
Aku rindu melihat mereka menjadi anak-anak yang membanggakan. Aku rindu menyaksikan mereka terus berkembang menjadi baik, dan lebih baik setiap saatnya. Dan pastinya, aku rindu SyurgaNya. berharap semua jerih payah ini kelak layak untuk ditukar dengan syurga, walau aku paham betul bahwa amalanku tak akan pernah cukup untuk membawaku kesana. karena syurga diciptakan hanya karena kasih sayang Allah yang sedemikian besarnya kepada hamba-hambaNya. Maka selanjutnya, aku berharap jerih payah ini mampu membuat Allah mencintaiku dan menempatkanku bersama golongan orang-orang yang dicintaiNya, di tempat yang paling mulia, sebaik-baik tempat kembali,.. di JannahNya.
Walau tak kupungkiri, kala mengetahui begitu banyak yang tidak menyukaiku, serasa disayat sembilu, perih tak terperi,..
Tapi,.. bukankah kehadiranku disini tidak untuk dicintai. Seperti yang selalu dan berkali-kali kusampaikan kepada mereka, pun diriku sendiri, bahwa tidak peduli mereka menyukaiku atau tidak, mencintaiku atau sebaliknya, aku akan tetap seperti ini. Memberikan yang terbaik, membimbing, mendidik, membersamai, mengarahkan.
Mencintai adalah memberi yang terbaik. karena itu kasih sayang yang kuberikan tulus, tak bersyarat, tak peduli mereka akan mebalas yang setimpal atau tidak. Karena begitulah cinta, terlebih, jika itu karenaNya...
Mencintai adalah memberi yang terbaik. karena itu kasih sayang yang kuberikan tulus, tak bersyarat, tak peduli mereka akan mebalas yang setimpal atau tidak. Karena begitulah cinta, terlebih, jika itu karenaNya...
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ditulis pertama kali pada hari Selasa, 5 Oktober 2010
Ditulis pertama kali pada hari Selasa, 5 Oktober 2010
Dituangkan kembali dg beberapa editan...
Kala kenangan itu terlintas dalam angan...
Saya juga masih ingat bun, bahkan saat microteaching nya bunda :D
ReplyDelete